Salam

Islam itu indah (^_^)

Saturday 1 February 2014

Yang Tak Pernah Mati (ANTOLOGIKU)

Aku dan Tuhanku

Berapa kali sebut aku pecundang
kau berlari paling depan saat dia datang ?
Berapa kali kau hina dengan cacian
mereka tau kau seperti itu.
Bukan hati tak tau balas
Tapi rasa sudah membalas
Detik lebih tajam dari lisanmu
Berapakah harga diri bila dosa selalu kau hadirkan
Aku takut..     
Mengapa dosa tak pernah berbicara tentang kebaikan
Sementara doa tak pernah lupa kau lafalkan
Jiwaku melayang bersama doa
Senyap… hanya aku dan Engkau yang tau

(16-08-2011)


Aku nanti !

Langit muram meneteskan peluhnya
Surya mengintip dibalik ujung barat
Gradasi senja terlukis diatas barisan hijau
Akhir dari sebuah perjalanan
Aku terbang bersama awan
Bersama burung
Bersama kupu-kupu
Bersamamu.
Aku lihat wajah tua itu
Mencekam !
Itulah aku.
Aku bersembunyi dibalik khayalan.
Aku tak berani.
Tidak.. tidak…
Itu bukan aku
Aku sadar
Aku ingat
Aku pernah
Hidup tak akan mati
Tapi ini semua harus diakhiri
(26/01/2012)


Aku tak akan mati

Dulu aku  belum tau apa untuk memaknai apa-apa
Kehidupan kuangggap tak lebih dari permainan gokart
Berjalan lurus tanpa tau kutub utara maupun selatan
Aku terjebak dalam dunia penuh provokasi
Baik dan buruk hanyalah soal pilihan
Kalah menang itu bisa diciptakan
Paparan hasil otakku berfikir terpampang jelas di langit-langit pendidikan
Jengah berfikir betul dan salah
Aku menerawang jauh ke masa depan
Hanya sebatas dunia penuh coretan hitam penyesalan
Peradaban hanyalah masalah waktu
Saat kita berfikir tentang dekorasi dunia yang semakin memuakkan
Sampai memuntahkan segala isi otak
Aku bukanlah robot yang diinstal seperti komputer
Bergerak maju tanpa prosesor
Rasional hanyalah penghambat
Membuat mereka hanya duduk menanti surat balasan dari kantor dinas
Tak pernah berfikir bagaimana mereka lepas dari paradigmanya
Beribu paket pemikiran menjelma menjadi kebahagaiaan meskipun hanya dalam bayangan
Gedung seribu lantai dengan marmer lebih indah dari pada surga
Oh Tuhan.. binasakah pemikiran-pemikiran pecundang
Lepaskanlah aku ke samudera kehidupan dengan segala hal tak mungkin untuknya
Logika tak kuanggap cara berfikir
Kegilaan ini bukanlah semata-mata kamu tau siapa aku
Apa yang kulakukan bukan sekedar bacaan dalam primbon
Melangkah tanpa aturan tanpa rencana
Biar langit menghujat aku tantang
Kakiku lebih kokoh dari tiang gedung pencakar langit                                                    
Langkah gila merealisasikan mimpi
Akan tiba waktu aku terlempar sedalam-dalamnya sampai kerak bumi
Dan akan ada saat aku terbang ke batas bima sakti
Aku tak akan mati hanya karena ucapan sampah yang kau utarakan
Bersama khayalan aku terbang, mencipta surga, menghapus neraka, dan menjadi hamba Tuhan.

(22-05-2012)


Apa ?

Udara menjelma angin
Air menjelma hujan
Api menjelma panas
khayal menjelma harapan
Angan menjelma mimpi
Sunyi menjelma senyap
Rasa menjelma cinta
Benci menjelma amarah
Ingin menjelma pasti
Doa menjelma keajaiban
Neraka menjelma bahagia
Surga menjelma penjara
Belajar menjelma bodoh
Pintar menjelma musuh
Kaya menjelma batas
Miskin menjelma hina
Muda menjelma dunia
Tua menjelma angkuh
Bagaimana menjelma apa
Mereka menjelma dia.
Dia menjelma siapa.
Dan aku tak menjelma !




Azam

Waktu berlalu menerjang pagi
Aku masih diam
Menatap kosong sudut kamar
Terlintas peristiwa lalu
Maksiat !!
Sungguh jiwa tak berdaya
Bila wajah menjadi sejuta pesona
Hadirkan khayalan jauh terlepas
Tuhan, adakah kesempatan ?
Adakah remisi hukuman ?
Aku sanggup berlari namun aku tak mampu berdiri
Seribu kali kucium bumi
Seribu kali aku duduk dan berdiri
Kedamaian belum kutemukan
Ingatanku memuai bersama embun
Berubah menjadi gumpalan sesal
Dimana kedamaian itu ?
Sungguh hati bukan sekadar istilah
Kusambut dunia dengan gegas
Selalu keidahan mengiringi
Meski jiwa tak setegar karang
Walau hati tak selembut awan
Apa kulihat bukan mimpi
Ia semangatku melangkahkan kaki
Gagah, teguh, tanpa “tidak”
Datang tak pernah pergi
Rasa menjadi juara
Malu ku simpan di saku
Jatuh…
Jatuh..
Dan jatuh…
Aku masih berdiri
Itulah kesungguhan !!

(15/04/2012)


Kamboja Untuk Negeri

Terrekam sajak lecek perjalanan pertiwi
Dari Mbah Karno sampai Pak Yono, masih sama
Hanya tinggi gedung dan jumlah pengemis berbeda
Dulu cukup satu atau dua
Sekarang, Berapa ????
Inilah negeriku ! negeri berribu kekayaan, berjuta kemiskinan.
            Dari  kain blancu berwarna putih merah berlogo, hasil menjual kambing
            Sampai Putih abu-abu memudar
negeri sarjana pendidikan tak tahu cita-citanya namun selalu bertanya “apa cita-citamu ?“
            Aku menjawab dengan senyum ketidak tahuan
            Bingung bagai monyet mau ditembak
Aku pernah berangan menjadi presiden
Pemimpin bangsa berjuta pahlawan
Pahlawan nasional, pahlawan tanpa tanda jasa, pahlawan kesiangan, sampai pahlawan tak dikenal
Bagaimana mungkin !! ketenaran pangeran Diponegoro tersingkir Naruto.
Negeri penuh gradasi kejujuran
Polisi dibuikan !
Hakim dihakimi !
Guru digurui !
Pengritik dikritik !!
Pendemo didemo !
dan pemimpin dipimpin !!
Kakek tersenyum dengan tetes air mata kemerdekaan
Menangisi gugur pahlawan pejuang sang dwi warna
Cucu menangis sedih, Lady Gaga gaga(L) manggung
Ibu sedih tidak dapat arisan
Dan ayah terdiam sertifikasi belum didapat.
            Orang menganggap aku hebat karena mahasiswa
            Beda apa mahasiswa dengan siswa ?
            hanya gelar sebagai pembeda ???
Jangankan berorasi tentang kenaikan BBM
            Absensi kehadiranpun dengan bolpoin pinjaman
Entah mimpi apa kusampaikan untuk ibuku..
Bila Tuhan hanya hadir dibalik buku cetak sekolah
Ibuku pertiwi bersenandung kesedihan 20 mei.
Hari kebangkitan !!!!
Kebangkitan untuk  siapa ?
            Aku bingung..
            Bak jarum jam berputar mencari tiga belas.
            Haruskah kuucap “Inilah negeriku”  beriring semangat kebanggaan
            Atau berucap “inikah negeriku?” dengan penuh kekecewaan.
Hanya sebatas mimpi tentang negeri antah brantah kusampaikan
Negeri dimana kebo masih mau nusu gudel, dan kebo mau berbagi asam garam dengan gudelnya.       
Negeri makmur gemah ripah loh jinawi
Negeri anjing dan kucing makan satu piring
Negeri tanpa permusuhan ideologi.
Bagai merapi dan merbabu !!!
 (21/5/2012)


Kau dan aku

Berharap senyum adalah warna harimu
bukan gurat kelesuan yang kau hadirkan
lihatlah betapa irinya kupu-kupu terhadap indah senyummu
madukah kau hadirkan dibalik itu ?
bunga mawar tak semerah rona wajah
jalan di pinggir rumah tak selurus rambutmu
kau pernah berkata akan berdiri dipuncak patung liberty
tapi..impian kau gantungkan bersama baju putih
kau juga pernah berucap kita nanti
kini hanya ada aku dan kau
seribu ucapan hanya kau balas dengan senyuman
senyummu yang begitu menawan
kau lupa tentang kita
kau dan aku
kini hanya aku.

(ramadhan, 2009)



                                            


Keluhan Sang Pena

Pagi merangkak hadir di sela waktu
Merindu embun pada cerah awan
Senyuman hadir membalas ceria
hari ini akan kutantang waktu..
terbang mengejar angin mencipta jejak
Berpacu dengan rumah bermesin dan beroda
kampus biru ramah menyambut                 
gedung kampus nan terjaga dari mimpi buruknya
                   Kampus berjuta warna kehidupan hadir membawa mimpi
                   Mimpi mewujudkan mimpi seraya kulempar sejauh batas langit
Wajah-wajah lugu sahabatku memandangku sinis
“aku tau… mereka pasti belum bayar SPP”
Atau mungkin IPKnya sebecek pekarangan rumahku.
Ahhh..bukan..bukan..
Aku memandang menara pemancar radio sambil berfikir..
“eh.. kamu mau kuliah apa mau ngrongsok?” sahabatku bertanya sinis.
Aku menjawab diam seperti patung W. R Sopratman yang gagah menantang langit di persimpangan.
Salam tuan dan nyonya riuh kudengar
“manis sekali senyumnya.” Aku bergumam dalam hati
Ada hal mistis dibalik senyum manisnya
 senyumnya adalah doa, harapan ataukah pujian ?
aku tak tau dan tak berharap tau
Biarlah detik menjabarkannya.
awan bercengkrama diatas lamunan mentari menanti sapa sahabatku
Disudut gedung, waktu berlalu
Sulit sekali memahami  masa depan
Kadang aku bertaya pada diri sendiri, aku calon guru ??
Pertanyaan begitu mengganggu imajiasi masa depanku
Mereka pasti bercanda menganggap aku calon guru
Jangankan pengajar !!
Jadi pelajarpun masih belum pantas
 Hanya berharap kolom di map penuh coret tanda tangan meski dengan bolpoin pinjaman
Bagaimana ia mendapatkan ? bukan apa yang ia dapatkan !
Adil tidak adil bukan hakku menghakimi
Biarlah masa depan  menghakimi
Tuhan menghukum atas dosaku
Orang tua menyalahkan kesalahanku
Dan dosen memutuskan atas sejuta perepsinya.
                   Biarlah masa depan ku ubah dalam imajinasi
                   Mengubur mimpi pagi hari
Berlalu bersama abad
Hingga waktu lelah menapak..
14/05/2012
(Qosim Jamaluddin)
                                       
  


Setinggi atap

Sebatas asa di senja hari
Menjelma kesepian tiada terbendung
Mega merah penghias hari terrekam sedih waktu itu
Kepastian yang menipu dan kenangan yang sekarat
Mimpiku hanya tinggal tulang belulang
Penghias latar mimpi
Aku rebah di pangkuan hidup
merasa hina papa
ku keluh sandiwara
kenapa seribu impian tak satupun mendekatiku
hanya cacian mereka ucap
tentang impianku setinggi atap.

(17/11/2010)    


Tanya ?

Aku bertanya apa ?
Mereka diam.
Aku bertanya siapa?
Mereka diam
Bagaimana ?
Mereka pergi.
Dua ribu pasang mata terdiam terbawa arus retorika tuan
Mengkhayal janji tersumbar
Dan menyumbar janji yang tak jelas usulnya.
     Aku bertanya apa ?
     Tuan tidak mengerti apa tanyaku.

(26/06/2012)


Janjiku

janjiku, janjimu, janjinya, janji mereka, janji kalian, dan janji-Nya.
buatlah janji untukku.. meski aku tak akan pernah janji untuk berjanji menjanjikan mimpimu menemukan janji-Nya.
aku hanyalah pejanji..
dan kalian berjanji..
Ohhh tuhannn.. aku tau janji-Mu.
biarlah janji mengutarakan Janji.
sampai kapanpun, janjiku adalah janji.
janji-Mu adalah Kesungguhanku.
(22-11-2011)


    


Ayah

Ayah, aku ingin bicara…
Tiap hari kulihat kelelahan di kerut wajahmu
Semua hanya demi aku, anakmu

Ayah, aku ingin bicara…                               
Meski aku hanya diam, kau tahu apa yang kuingin
Semua kau penuhi dengan balutan kasihmu untukku

Ayah, aku ingin bicara…
Kurasakan begitu berat hatimu jauh meninggalkanku
Tiap jam kau menelponku
Meski kau tahu, tak kan bisa mendengar suaraku
Hanya ketukan jariku sebagai isyarat
Dan kau selalu mengakhiri dari ujung telepon dengan kata yang sama, “Alhamdulillah”

Ayah, aku ingin bicara…
Sepanjang hidup kau berharap dapat mendengar suaraku
Segala upaya kau lakukan
Kini aku hanya bisa mengusap nisanmu
Masih diam tanpa suara
Ayah, aku ingin bicara…
Sungguh aku ingin bicara
Andai aku bisa, aku hanya ingin bicara satu kalimat
Ya, satu kalimat saja
“Aku mencintaimu, ayah…”
Hanya itu yang ingin aku bicarakan padamu
Tapi hingga kini hanya hatiku yang mampu bicara
Belum dengan lisanku

Ayah, aku ingin bicara…
Dan semoga kau mendengarnya

(16/5/2012)





        


Bahasa hatimu

Bila saja gunung itu mampu terdaki bahkan untuk sang lemah pun
maka tak akan ada cerita, ketika si kuat menolong yang lemah
dan yang lemah berpasrah

tak ada kisah perjalanan hati
tak ada kisah berbagi
hanya perlombaan keangkuhan menuju keabadian puncak
maka gunung-gunung akan penuh
dengan simbol keangkuhan

Bila saja penghuni bumi bertabur pendaran ilmu
kebodohan menjadi sejarah masa lalu
maka tak akan ada kata belajar
pun untuk berbagi
hanya perlombaan keangkuhan menuju pembenaran diri
dan bumi akan terisi bahasa keangkuhan

Tapi Rabb, Sang perancang paripurna
saat lemah bersanding kekuatan
saat awwam bersanding ilmu
semua menjadi hakikatnya
hitam putih menjadi warna
baik buruk adalah pertanda
bahwasanya semua kembali padaNya

Bukan karena siapa
Bukan karena berada dimana
Menjadi lebih bergerak
Menjadi lebih hebat
Atau tertunduk melemah

Cukupkan, cukupkan Allah saja
Nafas kita, gerak kita bahkan jatuh kita
Karena jatuh bukan tanda kelemahan
bukan pula ajang berkeluhan

bukan untuk menyandang gelar kekuatan
atau berkalung lambang keshalihan
biarlah Allah menjadi tujuan (29/04/2012)
                          
hanya ingin

Saat hati berbicara
Biarlah ia yang mampu mengeja
Setiap makna di dalamnya

Ketika lisan tak mampu bersuara
Biarkan ia mengendap dalam rasa
Tersimpan sebagai asa saja

Saat aku tak mampu berkata-kata
Ingin sekali kau mengetahuinya
Dari yang tak diketahui siapa-siapa

Aku memang bukan yang teristimewa
Dan bukan insan yang luar biasa
Aku hanya seorang wanita

Hidupku hanya lahir dari mengeja kata
Hidupku berarti karena selalu melisankannya
Sekalipun hanya hati yang bersuara

Bukan pula romantis semu tak bermakna
Bukan juga basa-basi yang tak bernyawa

Tak mengapa…
Selagi nyawaku masih ada
Aku hanya akan terus mengeja
Namamu dalam doa

Doa-doa untukmu yang kucinta
Sebait kata pelepas rasa di jiwa
Yang sulit mungkin ku melafazkannya

Hanya ingin kau tahu saja…
Hanya kau yang paling kucinta
Selamanya.

(08/08/2011)


Peliharalah diri


Kendaraan berlalu lalang          

Dengan tubuh-tubuh bertelanjang

Bukan hanya para lajang

Ingin indah di pandang

Namun rasa malu di buang


Jangan menjadi murah

Hingga semua gerah


Peliharalah dirimu

Peliharalah kemaluanmu,

Itu kata Tuhanku,


Bukan belenggu emansipasi

Bukan penghalang status istri

Bukan penghambat ekonomi

Semua adalah tanda cintaNya

Kepahaman yang membutuhkan kecerdasan

Cerdas berpikir

Tak cukup dengan nafsu



Jagalah dirimu saudariku

Dengan butiran cinta Tuhanmu

Engkau adalah makhluk terindah

Dan hanya untuk yang terindah



Karena,

Walau di dalam peti

Harum melati akan mewangi

(29/12/2011)




                                                                                                

No comments:

Post a Comment