Salam

Islam itu indah (^_^)

Monday 1 October 2012

PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM PUISI DIPONEGORO KARYA CHAIRIL ANWAR



             Indonesia adalah negeri yang sudah berumur karena sudah lebih dari setengah abad kemerdekaan diikrarkan. Perjuangan pahlawan yang tidak pernah mengenal kata putus asa mampu membuat penjajah kocar-kacir dalam usahanya merebut kekuasaan bangsa meskipun banyak cara dilakukan penjajah untuk menguasai Indonesia seperti melalui politik Adu Domba. Berapa kali rakyat Indonesia berperang, berapa jumlah rakyat yang tewas dalam pertempuran dan berapa jumlah kerugian materiil itu tidaklah penting. Hal yang penting adalah semangat para pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia dan pengorbanan pahlawan seperti harta, keluarga, dan nyawa.

Setelah berwindu-windu bangsa Indonesia dijajah, ribuan pahlawan gugur, jutaan rakyat tewas, hingga akhirnya tahun 1945 Indonesia mampu merebut haknya mengibarkan Sang Dwi Warna dengan gagahnya. Wajah rakyat berseri, mimpi-mimpi pahlawan yang diperjuangkan akhirnya terwujud. Hak-hak rakyat sebagai salah satu unsur pembentukan suatu negara lebih terpenuhi.
kemerdekaan sudah diraih dan orde lama telah runtuh, namun wacana perjuangan rakyat dalam meraih kemerdekaan seolah hanya sekedar materi pelengkap dalam buku teks sejarah sekolah. Ironis sekali ketika rakyat Indonesia tidak bangga dengan statusnya sebagai seorang Indonesia, interpretasi rakyat terhadap kemerdekaan hanyalah seremoni sebuah kebebasan tanpa memahami esensi kemerdekaan tersebut. Menanamkan jiwa kebangsaan kepada rakyat memanglah tidak mudah, contohnya bila kita bercermin pada penanaman wawasan kebangsaan melalui mata pelajaran PKN (Pendidikan Kewarganegaraan), tanpa disadari mata pelajaran ini sebenarnya hanya perubahan nama dari mata pelajaran CIVICS, PMP (Pendidikan Moral Pancasila), PSPB (Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa), dan PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan). Berubah-ubahnya nama mata pelajaran ini tidak lepas dari tujuan penanaman wawasan kebangsaan kepada rakyat.
Jiwa pemuda saat ini sangat berbeda jauh dengan pemuda dahulu yang lebih menghargai hakikat kemerdekaan. Bercermin dari seorang sastrawan Chairil Anwar dalam puisinya Diponegoro, kita diajak untuk berkontemplasi tentang hakikat sebuah perjuangan meraih kemerdekaan yang hendaknya dipahami oleh rakyat Indonesia masa kini sebagai inspirasi dalam mengisi kemerdekaan. Dengan pemilihan diksi yang tepat dan kematangan penyair dalam membuat sajak, puisi diponegoro menjadi begitu hidup dan pastinya dibacakan dengan penuh semangat yang membara dan suara yang keras dan lantang. Pada bait pertama penyair mengungkapkan kekagumannya pada Pangeran Diponegoro sehingga penyair memperoleh pencerahan akan kebimbangan hakikat kehidupannya. Penyair selalu berfikir apa sebenarnya tujuan hidup bila kehidupan ini berakhir dengan kematian, hingga akhinya penyair memaknai bahwa kehidupan haruslah berarti. Kematian bukan menjadi masalah yang serius, namun bagaimana kehidupan sebelum kematian itu dijalani, apakah menunggu kematian atau merubah kehidupan. Pemikiran penyair berbeda dengan kebanyakan orang, kerena kebanyakan orang berfikir tetang kematiannya tanpa memikirkan kehidupan dunianya, sedangkan penyair mengetahui kematian dan berusaha memberi makna pada kehidupannya.
Permasalahan tentang kematian sering hadir dalam kehidupan penyair, namun kekagumannya kepada Pangeran Diponegoro telah merubah paradigmanya tentang kematian, sehingga penyair lebih memandang kehidupannya sebagai hal yang harus diperjuangkan sebelum kematian. Kehidupan harus dijalani dengan perjuangan penuh semangat meskipun masalah-masalah selalu ada dan kematian adalah akhir dari kehidupan tersebut.
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
Bagaimana kehidupan ini diisi dengan hal yang berarti dianggap lebih afdal daripada memikirkan kematian itu sendiri. Melakukan hal yang berarti dalam kehidupan adalah pemikiran penyair sehingga penyair menyampingkan kematiannya walaupun hanya berarti sekali dan setelah itu mati. Kemerdekaan adalah hal yang diperjuangkan oleh Pangeran Diponegoro, dengan semangat yang membara Pangeran Diponegoro berani dan tak gentar meskipun penjajah datang dengan kekuatan yang lebih besar.
Bagi Pangeran Diponegoro, mati lebih baik dari pada harus menghamba kepada penjajah, mati lebih baik dari pada ditindas.
            Sudah saatnya pemuda merefleksikan diri kepada perjuangan Pangeran Diponegoro dalam mengisi kemerdekaan dimana perang tidak lagi menggunakan fisik, namun menggunakan pemikiran. Sangat disayangkan ketika publik  figur yang banyak menjadi contoh masyarakat pada umumnya dan pemuda pada khususnya tidak mencerminkan dirinya sebagai orang yang memiliki jiwa nasionalis. Rakyat hanya berfikir fasilitas dan kekayaan yang digunakan ini adalah warisan nenek moyangnya tanpa mengetahui bagaimana nenek moyang merebutnya.



DIPONEGORO

Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
                           
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU

Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.

Sekali berarti
Sudah itu mati.

MAJU

Bagimu Negeri
Menyediakan api.

Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai

Maju
Serbu
Serang
Terjang  

No comments:

Post a Comment