Salam

Islam itu indah (^_^)

Sunday 24 August 2014

Impian

"Seperti apapun kondisi perasaan kita, orang disekitar kita berhak mendapatkan senyum kita".

"Impian itu sudah mengakar jauh menembus sel dalam otak sehingga bukan lagi soal perasaan saja, namun sudah menjelma menjadi urusan pemikiran. Menjadi semangat dalam bergerak, menjadi hukum tak tertulis ketika memilih jalan hidup. 
 Ada masa ketika orang lain menertawakan, mereka menjadi hakim tanpa palu yang memvonis benar atau salah, mungkin atau mustahilnya impian kita. Lalu vonis itu menjadi racun yang menjalar ke seluruh pemikiran dan perasaan. salah satu toksin terampuh adalah tidak mendengarnya, kalau sudah menjalar anggap saja "terlalu mendengarkan ucapan orang itu sama saja gila". Temanku begitu menggebu memotivasiku.
aku masih terdiam dengan sekali memangdang matanya yang begitu tajam namun penuh kewibawaan.
"Aku akan berusaha kawan, kata-kata bak mantra yang sering kau ucap dan doamu untukku itu semangatku". aku menepuk bahu kawanku dan mencoba tersenyum semanis mungkin.
"aku mengenalmu dan yang pasti aku tau impiamu, bila kamu tak mau berusaha untuk mimpimu itu.. mungkin aku bukan mengenal kamu yang selama ini aku kenal" dia membalas senyumku. 
"aku juga, aku mengenal impianmu" jawabku.
"kabari aku jika kamu sudah berdiri di atas semua impianmu". dia memelukku dengan penuh haru
"ya, tunggu..tunggu waktu itu tiba".
Selamat berjuang kawanku.

"Memiliki-Mu, cukup bagiku".